Sebaris Percakapan, Sejuta Impian

problogger.com


“Udah selesai ujiannya, fi?”
Kuhampiri mereka dengan langkah ringan.
“Alhamdulillah.”
“Wah, kok cepet banget ya.”
Aku hanya tersenyum saja sambil menyalami mereka satu per satu.
“Lagi ngapain di sini, kalian?” tanyaku.
“Tadinya mau ke masjid sambil nunggu waktu ujian. Tapi tempatnya ditutup.”
“Oh,” tanggapku, “emang masjid-masjid di sini mah bukanya pas waktu sholat aja.”
Mereka manggut-manggut mendengar penjelasanku.
“Oh ya fi, ana mau ikut lomba menulis in syaa Allah tahun depan,” ujarnya.
“Kalau bisa kasih tau dong tipsnya buat nulis yang baik gimana.”
Kupandangi temanku yang satu ini. Sejak pertama kali kami berkenalan, ia sama sekali tidak berubah. Orang yang begitu ramah, tulus dan semangat dalam mencari ilmu.
“Harus banyak baca buku ya, fi?”
Senyumku melebar.
“Yang jelas sih iya, banyak baca buku,” tuturku.
“Ana pengen banget bisa nulis fi.”
Sekilas kutangkap raut muka percaya diri di matanya. Aku sadar, bahwa semangat menulisnya ini begitu besar dan tak pernah padam. Raut muka sama yang kulihat 3 bulan lalu di Tahrir saat ia memperlihatkanku tulisannya.
Kau pasti bisa menjadi penulis hebat, kawan.

Komentar

Konten Populer

Mengetahui Perbedaan Makna Mufrodat Bahasa Arab

Hati-Hati dalam Membedakan Makna Mufrodat Ini

15 Alasan Kenapa Kuliah di Al-Azhar Mesir Itu 'Sunnah' (Bagian 1)