Pesan Tersembunyi

i.pinimg.com

“Berhati-hati lah nak,” pesan pak tua itu, “lebih baik kau sembunyikan gambar di punggung tangan kau itu.”
Aku termenung. Memangnya apa yang salah dengan gambar kepala kucing ini? Lagipula kota ini bukan tujuan akhir. Perjalananku masih panjang dan tempat ini hanya sebagai persinggahan sebentar saja.
Kuambil segelas teh hijau itu. “Memangnya kenapa, kek?”
Sambil menikmati aroma hangat teh di tengah dinginnya cuaca pagi, kucermati pak tua sedang melayani pengunjung kedai miliknya satu per satu.
“Hendak kemana kau pergi?”
Ia menyeduh teh hijau lainnya lalu meletakkannya di meja seberang.
“Mosvik,” jawabku singkat. Kuseruput lagi minuman hangat itu.
“Oh,” responnya, “kota tujuan semua musafir.”
Angin pagi cukup kencang merangkak ke dalam melalui sela-sela jendela. Untuk ukuran tempat persinggahan para pelancong, kedai itu tidak terlalu luas dan mewah. Dinding dan lantainya hanya terbuat dari kayu pohon oak hitam. Empat lampu neon kuning menggantung di setiap pojok sebagai satu-satunya sumber penerangan. Cukup nyaman bagiku untuk mengusir rasa lelah selama perjalanan.
Pak tua itu masih sibuk dengan tungku panasnya. Kukira ia lupa pertanyaan heranku tadi.
“Jadi, apa yang salah dengan ini?” kudesak ia sekali lagi sambil menunjuk punggung tanganku.
Ia tidak menghiraukanku.
“Kek?”
Entah terlalu asyik mengaduk air panas di tungkunya, pak tua itu tidak merespon sedikit pun.
Mungkin pendengarannya bermasalah, batinku.
Kuhabiskan teh hijau hangat itu dengan sekali teguk. Terlihat pak tua itu masih sibuk sendiri. Aku tak punya waktu.
“Kek, bayarannya saya taruh di atas meja. Ambil saja kembaliannya.”
Sebelum melewati meja dekat pintu keluar, kulirik pak tua itu sekali lagi. Ia tak terlihat di depan tungkunya. Tak ada pula sedang melayani para pengunjung di depan.
Kemana dia?
Dengan benak penuh tanda tanya, aku melesat keluar dari kedai asing itu.

Komentar

Konten Populer

Mengetahui Perbedaan Makna Mufrodat Bahasa Arab

Hati-Hati dalam Membedakan Makna Mufrodat Ini

15 Alasan Kenapa Kuliah di Al-Azhar Mesir Itu 'Sunnah' (Bagian 1)