Catatan Kecil Pasca Lockdown Covid-19 di Bandırma, Turki
Sumber gambar: workstudyinturkey.com |
Sudah 92 hari berlalu sejak
sekolah-sekolah dan universitas-universitas di Turki diliburkan akibat
Covid-19. Kegabutan selama tiga bulan lebih dua hari ini kadang menghasilkan
berbagai pikiran nyeleneh, seperti gimana kalo misalnya Covid-19
ini bakal mengubah tingkah laku dan pola pikir manusia secara permanen ketika
semua kembali normal. Mayoritas orang jadi memandang setiap hal di lingkungan
yang luas cenderung lebih sempit dari biasanya. Atau sebaliknya, post-Covid-19
malah mengubah hubungan sesama menjadi lebih rekat.
Perasaan missing tentunya
melekat di setiap orang akibat Covid-19 ini. Mahasiswa-mahasiswa bangku depan
di kelas pasti kangen sama suasana hening buat baca di kütüphane. Geng-geng tukang nongki
pasti kangen sama abla kahve kantin di kampus. Orang-orang
yang suka datang telat masuk kelas pun saya yakin pasti di-kangen-in sama hoca.
Bahkan saya yakin orang seperti Zaki büyük pun pasti punya rasa kangen sama
teman-teman sekelasnya seperti Farida atau Omaima. Gimana kalo perasaan itu
tidak terkendalikan nanti ketika sekolah dan universitas dibuka lagi.
Selain perasaan missing di lingkup
kampus, perasaan ini juga saya temui di luar kampus. Aktivitas harian yang
biasa dilakukan setiap orang mulai dari nge-tap kartu bis sampai main oke
di Paradise terasa sangat berharga di tengah suasana lockdown. Perasaan
kangen buat ketemu sama orang-orang yang bahkan kita pun gak kenal begitu dekat
macam supir bis atau garson. Bahkan saya sendiri pun pas gak sengaja
ketemu ağabey
Hayal Bahçesi di çarşı
(baca: carse) rasanya kangen banget buat pesen çay.
Meskipun begitu, di balik Covid-19 ini ada satu hikmah yang saya temukan, yaitu pengeluaran bulanan cenderung lebih sedikit. Apalagi buat orang-orang yang tinggal di tempat terpencil macam Toki atau Levent, mereka gak perlu lagi nge-tap kartu bis setiap hari buat pulang pergi ke carse. Kesempatan yang cukup berharga ini bisa digunakan buat tambahan deposit tabungan atau beli skin PUBG. Lumayan, kan.
Neyse, ketika pemerintah Turki memberlakukan aktivitas normal lagi di awal bulan ini, saya langsung pergi ke pantai lewat jalan belakang apartemen. Covid-19 ini rupanya mengajarkan saya betapa nikmatnya jalan-jalan di sahil pas cuaca lagi cerah dan hangat. Secara gak sadar saya memberikan senyuman pada setiap orang yang saya temui di sepanjang jalan, dari balik masker tentunya. Walaupun mereka gak membalasnya, saya masih bisa melihat aura pada orang-orang itu untuk melampiaskan perasaan missing mereka sama udara luar.
Kembali normalnya aktivitas harian di Turki tentu merupakan sebuah berkah yang ditunggu-tunggu. Meski belum 100% normal, setidaknya hal ini memberikan kesempatan pada masyarakat untuk meluruskan sendi dan menghirup kembali udara segar setelah 'terkurung' selama kurang lebih dua bulan setengah. Sayangnya, meskipun aktivitas sudah kembali normal, hal ini tidak mengubah fakta banyaknya tugas dan ödev yang sebagian mahasiswa dapat dari dosen-dosen. Meski begitu, berdasarkan survei, bagi orang-orang yang gak sering masuk kelas online macam saya mungkin lebih memilih mengerjakan ödev daripada ujian online. Karena bagi sebagian orang, ujian itu lebih membuat deg-degan daripada PR. Ceunah.
Nasıl olsa, sınavlarda iyi şanslar, buat anak-anak B2 yang ujian.
Bandırma, 17 Juni 2020
Komentar
Posting Komentar